Senin, 23 November 2015 | By: Septi

Museum Geologi dan Seblak Merah

Awal Januari ditahun ini saat curah hujan masih cukup tinggi, aku diberi kesempatan berkunjung ke Bandung. Ya, yang katanya Paris Van Java, banyak gadis cantik, pemandangan indah, dan kuliner yang beraneka ragam.

Seblak
Aku menginjakkan kaki di Bandung karena sebuah acara. Acara study tour yang sengaja diadakan untuk menambah wawasan para remaja. Dengan sebuah biro jasa, yang menurutku sangat kurang profesional. Semua rencana yang sudah tertata rapi menjadi berantakan, kacau balau. Tempat wisata yang akan kami tuju ternyata sudah tutup dan biro jasa tidak mengetahuinya. Rombongan terpecah, dan sebagian rombongan kelaparan. Aku termasuk didalam rombongan yang kelaparan. 

Pukul 12.20 rombongan kami yang kelaparan tiba didepan Museum Geologi dan sebagian rombongan lainnya entah dimana kami kurang tahu. Karena sudah didepan museum, guide yang berada dibusku mencoba mengatur agar anggota yang berada dibusku bisa masuk ke museum geologi. Sekitar setengah jam menunggu akhirnya kita bisa masuk ke museum. Padahal, saat itu adalah saatnya makan siang. Kita memasuki museum dengan perut keroncongan. 

Kerangka Dinosaurus
Didalam museum aku cukup tersiksa karena tidak ada teman yang ahli bermain kamera. Aku hanya bisa memotret benda-benda bersejarah, tidak bisa foto bersama dengan mereka, padahal aku pengen banget foto bareng om dino, dinosaurus maksudku. 

Sesampai dilantai paling atas, ponselku berbunyi menandakan bahwa ada sms masuk. Kubuka ponselku dan terlihat sebuah pesan dari Farikha, salah satu temanku yang sedang menempuh S2 di salah satu perguruan tinggi di Bandung dan alhamdulillah sekarang sudah lulus.
“Aku didepan museum”, isi sms Farikha.
Sebelum sampai museum, kita memang udah janjian ketemu, walau hanya beberapa menit. Aku pun keluar menemui temanku sementara yang lain masih menikmati sejarah dimasa lampau di museum. Beruntungnya aku, karena Farikha sangat pengertian. Dia bawa helm 2, jadi aku bisa berkeliling disekitar museum. Melihat gedung sate, taman lansia, dan karena aku sedang kelaparan akhirnya aku mencoba kuliner Bandung yang sedang trend saat itu. Seblak. 

Pertama mendengar seblak itu dari saudaraku yang tinggal di Bandung. Katanya seblak itu enak banget. Dengan bahan dasar kencur. Aku pun memesan seblak didekat museum dan temanku memesan batagor karena dia tidak terlalu suka dengan seblak. Seblak yang aku makan saat itu kencurnya kurang terasa, berbeda dengan seblak yang dibuat saudaraku, kencurnya begitu terasa. Tapi bagiku cukup enak dan aku memakannya dengan lahap.

Setelah mencoba seblak yang menurutku cukup enak, aku meminta resep seblak pada saudaraku saat saudaraku berkunjung kerumah. Dan sekarang, Bapak dan adik-adikku yang punya lidah internasional suka dengan seblak buatanku. Ini dia resep seblakku.

Krupuk
 Bahan
-          1 genggam krupuk mentah
-          3 Sosis iris tipis-tipis
-          1 butir telor
-          2 sendok makan minyak goreng
-          750 ml air
Bumbu
-          1 ruas kencur
-          2 buah cabai rawit
-          1 buah bawang putih
-          1 sendok makan jajangmyong (resep asli atau resep dari saudaraku tidak pakai)
Cara membuat
Cuci bersih krupuk mentah.
Haluskan semua bumbu hingga halus kecuali jajangmyong.
Tuangkan minyak kedalam wajan, oseng telur menjadi orak-arik. Lalu masukkan bumbu yang sudah dihaluskan dan jajangmyong. Biarkan hingga harum.
Masukkan air dan krupuk. Aduk-aduk hingga krupuk menjadi agak lunak. Dan terakhir masukkan potongan sosis. Masak hingga matang. Angkat dan sajikan.

Seblak
 Seblak ini tidak mudah dingin dan enak dimakan saat masih hangat.

0 komentar:

Posting Komentar

Makasih ya dah komentar di Life is adventure