Awal Januari ditahun ini saat curah hujan masih cukup tinggi,
aku diberi kesempatan berkunjung ke Bandung. Ya, yang katanya Paris Van Java,
banyak gadis cantik, pemandangan indah, dan kuliner yang beraneka ragam.
|
Seblak |
Aku menginjakkan kaki di Bandung karena sebuah acara. Acara study
tour yang sengaja diadakan untuk menambah wawasan para remaja. Dengan sebuah
biro jasa, yang menurutku sangat kurang profesional. Semua rencana yang sudah
tertata rapi menjadi berantakan, kacau balau. Tempat wisata yang akan kami tuju
ternyata sudah tutup dan biro jasa tidak mengetahuinya. Rombongan terpecah, dan
sebagian rombongan kelaparan. Aku termasuk didalam rombongan yang kelaparan.
Pukul 12.20 rombongan kami yang kelaparan tiba didepan
Museum Geologi dan sebagian rombongan lainnya entah dimana kami kurang tahu.
Karena sudah didepan museum, guide yang berada dibusku mencoba mengatur agar
anggota yang berada dibusku bisa masuk ke museum geologi. Sekitar setengah jam
menunggu akhirnya kita bisa masuk ke museum. Padahal, saat itu adalah saatnya
makan siang. Kita memasuki museum dengan perut keroncongan.
|
Kerangka Dinosaurus |
Didalam museum aku cukup tersiksa karena tidak ada teman
yang ahli bermain kamera. Aku hanya bisa memotret benda-benda bersejarah, tidak
bisa foto bersama dengan mereka, padahal aku pengen banget foto bareng om dino,
dinosaurus maksudku.
Sesampai dilantai paling atas, ponselku berbunyi menandakan
bahwa ada sms masuk. Kubuka ponselku dan terlihat sebuah pesan dari Farikha,
salah satu temanku yang sedang menempuh S2 di salah satu perguruan tinggi di
Bandung dan alhamdulillah sekarang sudah lulus.
“Aku didepan museum”, isi sms Farikha.
Sebelum sampai museum, kita memang udah janjian ketemu,
walau hanya beberapa menit. Aku pun keluar menemui temanku sementara yang lain
masih menikmati sejarah dimasa lampau di museum. Beruntungnya aku, karena
Farikha sangat pengertian. Dia bawa helm 2, jadi aku bisa berkeliling disekitar
museum. Melihat gedung sate, taman lansia, dan karena aku sedang kelaparan
akhirnya aku mencoba kuliner Bandung yang sedang trend saat itu. Seblak.
Pertama mendengar seblak itu dari saudaraku yang tinggal di
Bandung. Katanya seblak itu enak banget. Dengan bahan dasar kencur. Aku pun
memesan seblak didekat museum dan temanku memesan batagor karena dia tidak
terlalu suka dengan seblak. Seblak yang aku makan saat itu kencurnya kurang
terasa, berbeda dengan seblak yang dibuat saudaraku, kencurnya begitu terasa. Tapi
bagiku cukup enak dan aku memakannya dengan lahap.
Setelah mencoba seblak yang menurutku cukup enak, aku
meminta resep seblak pada saudaraku saat saudaraku berkunjung kerumah. Dan
sekarang, Bapak dan adik-adikku yang punya lidah internasional suka dengan
seblak buatanku. Ini dia resep seblakku.
|
Krupuk |
Bahan
-
1 genggam krupuk mentah
-
3 Sosis iris tipis-tipis
-
1 butir telor
-
2 sendok makan minyak
goreng
-
750 ml air
Bumbu
-
1 ruas kencur
-
2 buah cabai rawit
-
1 buah bawang putih
-
1 sendok makan jajangmyong
(resep asli atau resep dari saudaraku tidak pakai)
Cara membuat
Cuci bersih krupuk
mentah.
Haluskan semua bumbu hingga halus kecuali jajangmyong.
Tuangkan minyak kedalam wajan, oseng telur menjadi orak-arik.
Lalu masukkan bumbu yang sudah dihaluskan dan jajangmyong. Biarkan hingga
harum.
Masukkan air dan krupuk. Aduk-aduk hingga krupuk menjadi
agak lunak. Dan terakhir masukkan potongan sosis. Masak hingga matang. Angkat
dan sajikan.
|
Seblak |
Seblak ini tidak mudah dingin dan enak dimakan saat masih
hangat.