Bellpalsy adalah penyakit
yang menyerang syaraf wajah. Salah satu sisi wajahnya tidak bisa digerakkan
dengan kata lain, mengalami kelumpuhan syaraf. Akan tetapi ini berbeda dengan
stroke. Penyakit ini disebabkan karena virus yang membuat syaraf menjadi
bengkak akibat infeksi. Biasanya bellpalsy itu terjadi karena cuaca dingin. Dan
bellpalsy juga dapat menyerang siapa pun. Termasuk aku pernah diserangnya.
Lebih dari 1 bulan.
Awal November 2013
kemarin, aku ada keperluan di kota Kudus. Dari Semarang ke Kudus mengendarai
sepeda motor dengan ketebalan jaket yang tidak memadai untuk perjalanan jauh.
Malamnya di Kudus itu hujan ditambah lagi si pemilik rumah pake kipas angin
kalau tidur, walau kedinginan aku menahannya. Paginya aku selesaikan urusanku
dan langsung balik ke Semarang.
Di Semarang, sepulang
dari Kudus. Lidahku mulai merasa aneh, seperti menjadi lebih tebal. Adikku,
Indah mengira kalau aku ingin makan yang segar-segar, jadi aku beli es cream. Beberapa
jam setelahnya, ketika aku makan malam nasi ruwet di Patemon. Gejala kedua
setelah lidah yang terasa tebal mulai muncul. Malam itu aku minum es teh. Mulutku sudah susah berbicara dan terasa susah untuk
menyedot minuman. Aku sudah merasa takut, tapi
tidak berani cerita pada teman di sebelahku. Aku hanya mengurangi porsi
bicaraku dan berharap teman disebelahku tidak menyadarinya.
Aku teringat pada temanku yang pernah
kena bellpalsy dan langsung menghubunginya, tapi tak mendapat respon. Jadi tak
ada cara lain, menganalisa sendiri dengan bantuan om google.
Pagi harinya, aku benar-benar yakin
atau lebih tepatnya berharap ini bukan stroke. Saat bercermin dan mengatakan
huruf O, mulutku sudah tidak normal, untuk berbicara sudah agak susah, tidak
bisa bersiul, mata sebelah kiri susah ditutup, alis sebelah kiri tidak bisa di
angkat, dan senyumku pun sudah miring seperti jungkat-jungkit yg berat sebelah.
Aku pun tidak bisa berkumur dengan benar.
Aku pulang ke Purbalingga, berkunjung
ke dr. Tanji, doktor syaraf. Perkiraanku benar, aku terkena bellpalsy, bukan
stroke. Dokter memberikan resep obat dan saran untuk terapi rawat jalan.
Selama 2 minggu aku melakukan terapi
sinar di salah satu rumah Sakit di Purbalingga. Setiap dua hari sekali aku
harus ke rumah sakit. Perubahannya sedikit sekali. Katanya harus banyak latihan
dan sabar.
Tapi kemudian budeku, Rumyati nawarin
aku buat ikut ke tukang pijit syaraf. Bareng pakde yang lagi sering pijit
syaraf untuk mengobati penyakit strokenya.
Sakit.
Bener-bener sakit, yangg dipijit memang hanya telapak kaki saja. Tapi sangat
sakit rasanya. Dan hasilnya cukup memuaskan dari pada terapi sinar di rumah
sakit. Tiga kali dipijit sudah hampir pulih. Dan sekarang mulai memijit-mijit
sediri.
0 komentar:
Posting Komentar
Makasih ya dah komentar di Life is adventure