Sabtu, 25 Januari 2014 | By: Septi

Mencari Lobak di Pasar Segamas Purbalingga

Minggu, 19 Januari 2014 kemarin, memang rencanaku memberikan sebagian waktuku buat mba Santi. Mba Santi ini teman dari Pemalang. Aneh, kalau ada teman dari luar kota tidak di ajak keliling Purbalingga. Dengan waktu yang singkat dan wilayah Purbalingga mencapai 777,64 km2, hanya tiga lokasi yang bisa kami capai. Pasar Segamas Purbalingga, Alun-alun dan Masjid Agung Daarussalaam Purbalingga.

Sebenarnya engga ada niat mengajak mba Santi keliling Pasar, (hehe,,,,karena mba Santi pengennya ke Sungai Serayu). Ini karena adikku, Indah, mau cari lobak untuk mengobati gatal-gatalnya. Di desaku ini memang banyak sayuran, tetapi belum ada yang berjualan lobak.

09.30 aku dan mba Santi meluncur ke Pasar Segamas. Engga sampai 09.00, kita udah sampai di pelataran parkir. Parkirnya luas banget,,,,nyaingin tempat parkir di mall deeh. *Ini pertama kali aku masuk Segamas juga, hehehe,,,,
Pintu Masuk Pasar
Tempat Parkir
Di pintu masuk, kita disambut oleh penjual jajanan dan boneka. Baunya lumpia udah kayak pitza,,,hehe.

Jajanan Pasar
Boneka
Di dalam, mba Santi agak terkejut, katanya pasarnya udah kayak di Jakarta, rapi, bersih, engga kayak di Pemalang, uups....




Mencari penjual lobak di antara ratusan penjual itu, cukup mengesankan, meskipun sudah mendapat petunjuk dari temanku, Dwi Mahanani, seorang ibu guru yang sering berkunjung ke Segamas, aku dan mba Santi tetap saja nyasar.
Untungnya mba Santi ini orangnya engga cepet ngeluh, dengan tas ranselnya yang gede, dia tetap asik memotret. Sampai para penjual terkejut, karena kilatan dari camera mba Santi. Mereka mengira akan ada petir.

Setelah berkeliling, akhirnya ketemu juga sama abang penjual lobak. Tawar menawar, ketemunya tetep Rp 9000/kg, yang berarti aku dan mba Santi engga pinter nawar.


Lobak




Abang Penjual Lobak
Selada sampai bisa menggaet hati mba Santi untuk membelinya.

Selada Air
Kita berjalan lagi menyusuri pasar, langkah kaki mba Santi terhenti di depan penjual buah. Setelah memilah-milah di antara apel ijo, apel merah, manggis, alpukat, jeruk. Terpilihlah jeruk untuk mengakhiri kunjungan kita di Segamas.
Apel 
Apel Merah
Manggis





Alpukat
Jeruk 




Senin, 20 Januari 2014 | By: Septi

Membuat Tempat Pensil dari Kardus Bekas

Go Green!!
Selain menyelamatkan bumi, kita juga bisa ngirit. Manfaatin barang-barang bekas, aku dapatkan gen dari bapak. Kalau lihat kardus yang banyak di rumah jadi pengen memanfaatkannya. Kali ini aku bikin tempat pensil buat ponakan-ponakanku.

Bahan :


  1. Kardus Bekas
  2. Lem (aku pake lem tembak)
  3. Gunting

Cara membuat :
1. Potong kardus dengan ukuran 10 x 10 cm, untuk alas.

2. Potong kardus dengan ukuran 10 x 12 cm sebanyak 4 lembar.

3. Kardus yang berukuran 10 x 12 cm dan pisahkan lapisan kardus sehingga menyisakan lapisan yang bergelombang seperti ini. Lapisan yang tidak bergelombang jangan dibuang.

4. Lem menjadi seperti ini.


5. Tempel lapisan kardus yang dipisahkan tadi, jadi seperti ini.

6. Potong kardus dengan ukuran 1 x 30 cm.

7. Pisahkan lapisan kardus sehingga menyisakan lapisan yang bergelombang dan buat lingkaran seperti ini.

8. Tempelkan sebagai hiasan.



Jadi deh,,,,Tempat Pensil dari Kardus Bekas
Selasa, 14 Januari 2014 | By: Septi

BELLPALSY

Bellpalsy adalah penyakit yang menyerang syaraf wajah. Salah satu sisi wajahnya tidak bisa digerakkan dengan kata lain, mengalami kelumpuhan syaraf. Akan tetapi ini berbeda dengan stroke. Penyakit ini disebabkan karena virus yang membuat syaraf menjadi bengkak akibat infeksi. Biasanya bellpalsy itu terjadi karena cuaca dingin. Dan bellpalsy juga dapat menyerang siapa pun. Termasuk aku pernah diserangnya. Lebih dari 1 bulan.

Awal November 2013 kemarin, aku ada keperluan di kota Kudus. Dari Semarang ke Kudus mengendarai sepeda motor dengan ketebalan jaket yang tidak memadai untuk perjalanan jauh. Malamnya di Kudus itu hujan ditambah lagi si pemilik rumah pake kipas angin kalau tidur, walau kedinginan aku menahannya. Paginya aku selesaikan urusanku dan langsung balik ke Semarang.

Di Semarang, sepulang dari Kudus. Lidahku mulai merasa aneh, seperti menjadi lebih tebal. Adikku, Indah mengira kalau aku ingin makan yang segar-segar, jadi aku beli es cream. Beberapa jam setelahnya, ketika aku makan malam nasi ruwet di Patemon. Gejala kedua setelah lidah yang terasa tebal mulai muncul. Malam itu aku minum es teh. Mulutku sudah susah berbicara dan terasa susah untuk menyedot minuman. Aku sudah merasa takut, tapi tidak berani cerita pada teman di sebelahku. Aku hanya mengurangi porsi bicaraku dan berharap teman disebelahku tidak menyadarinya.

Aku teringat pada temanku yang pernah kena bellpalsy dan langsung menghubunginya, tapi tak mendapat respon. Jadi tak ada cara lain, menganalisa sendiri dengan bantuan om google.

Pagi harinya, aku benar-benar yakin atau lebih tepatnya berharap ini bukan stroke. Saat bercermin dan mengatakan huruf O, mulutku sudah tidak normal, untuk berbicara sudah agak susah, tidak bisa bersiul, mata sebelah kiri susah ditutup, alis sebelah kiri tidak bisa di angkat, dan senyumku pun sudah miring seperti jungkat-jungkit yg berat sebelah. Aku pun tidak bisa berkumur dengan benar.

Aku pulang ke Purbalingga, berkunjung ke dr. Tanji, doktor syaraf. Perkiraanku benar, aku terkena bellpalsy, bukan stroke. Dokter memberikan resep obat dan saran untuk terapi rawat jalan.

Selama 2 minggu aku melakukan terapi sinar di salah satu rumah Sakit di Purbalingga. Setiap dua hari sekali aku harus ke rumah sakit. Perubahannya sedikit sekali. Katanya harus banyak latihan dan sabar.

Tapi kemudian budeku, Rumyati nawarin aku buat ikut ke tukang pijit syaraf. Bareng pakde yang lagi sering pijit syaraf untuk mengobati penyakit strokenya.

Sakit. Bener-bener sakit, yangg dipijit memang hanya telapak kaki saja. Tapi sangat sakit rasanya. Dan hasilnya cukup memuaskan dari pada terapi sinar di rumah sakit. Tiga kali dipijit sudah hampir pulih. Dan sekarang mulai memijit-mijit sediri. 
Rabu, 08 Januari 2014 | By: Septi

Resep Ramyun ala Septi dan Indah

Kita bikin ramyun ini karena terinspirasi dari mie-mie yang ada di drama Jepang & Korea. Sepertinya enak banget. Pada dasarnya aku dan adik-adikku itu memang penikmat mie. Ditambah lagi dapat dukungan dana dari buku-buku bekas SD, SMP, SMA. Katanya mereka itu dah ga betah di gudang, pengen di daur ulang. Jadi kuserahkan saja mereka ke pengumpul kertas bekas dan uangnya langsung habis buat beli pasta cabe + minyak wijen.


Ajang coba-coba ini beneran menghasilkan mie terenak seumur hidupku, jadi kubagikan saja resepnya ya,,,

Bahan-bahan :
  1.   Minyak wijen, 1 sdm (aku beli di alfamart)
  2.   Pasta cabe, 2 sdm (aku beli di alfamart, ingat ya lo pasta cabe ma saos itu beda banget)
  3. Bawang bombay, ½ buah, iris-iris
  4. Gula pasir, ½ sdm
  5. 1 buah mie instan kuah
  6. 5 buah bakso
  7. 1 lembar sayuran


Cara membuat :
  1. Oseng bawang bombay yang sudah di iris-iris, sebentar saja.
  2. Rebus 500 ml air dalam panci, tunggu hingga mendidih.
  3. Masukkan bakso, bawang bombay yang sudah di oseng, serta masukkan minyak wijen, pasta cabe, dan gula pasir.
  4. Masukkan sayuran.
  5. Taburkan bumbu mie instan ke dalam panci.
  6. Aduk hingga rata, angkat dan siap di sajikan. 
Mie ini enaknya di makan bersama-sama, dan lebih enaknya lagi kalau di makan langsung dari pancinya.